Mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Keputusan sudah ditetapkan. 
Shin Tae Yong (STY), pelatih Timnas Indonesia, yang sempat menukangi pasukan garuda—yang menjadi kebanggaan kita itu—selama kurang lebih 5 tahun, resmi diberhentikan oleh PSSI.

Kita tak tahu persis apa yang menjadi alasan PSSI memberhentikan STY. Dari desas-desus yang beredar, dasar pemberhentian itu berkaitan mulai dari soal komunikasi, dinamika internal tim, dan lain sebagainya.

Di Tiktok, ada banyak sekali warga yang menumpahkan kekecewaannya atas pemberhentian STY. Kekecewaan ini wajar, tidak hanya karena nanti di era STY prestasi sepak bola Indonesia melonjak drastis, tetapi juga berkaitan dengan nasionalisme.

Kita tahu persis, sejak lama, satu-satunya sarana yang bisa mengonsolidasi, mengikat perasaan kita sebagai suatu bangsa, dan menyemburatkan rasa bangga sebagai penduduk dari sebuah negeri bernama Indonesia, hanya bisa kita temukan di lapangan olah raga—terlebih sepak bola.

Tetapi yang berbeda di era STY adalah nasionalisme itu terasa kian menebal. Nanti di era STY, kita temukan antusiasme warga untuk mendukung timnas begitu besar. Tidak hanya pada saat timnas menang, tetapi juga, bahkan pada saat timnas kalah tetap ada rasa bangga yang terselip di sanubari. 

Juga nanti di era STY, kita saksikan ada banyak anak-anak diaspora Indonesia yang dengan dada membusung ke depan kembali ke negerinya: Bertekad membela habis-habisan Timnas Indonesia di setiap laga yang ada. 

Saya, sebagaimana rakyat Indonesia kebanyakan, yang hanya bisa menyaksikan timnas dari jauh merasa begitu gagahnya pasukan garuda kita di era STY ini. Timnas menjelma menjadi satu raksasa Asia, yang cukup menakutkan bagi lawan-lawannya. 

Era kegelapan, di mana kita sedikit-sedikit dibantai bahkan oleh timnas negara-negara di ASEAN, pelan-pelan bisa dikubur oleh STY.

Tetapi setelah keputusan pemberhentian STY diambil oleh PSII kini kita menjadi skeptis kembali. Entah bagaimana nasib sepak bola kita ke depan?

Terima kasih STY atas segala dedikasinya: Membangun sepak bola Indonesia hingga sejauh ini. Kami akan selalu mengenang Anda sebagai orang yang pernah berkontribusi besar dalam menegakkan "harga diri" bangsa kami. 

Sekali lagi, Kamsahamnida. 

Kami lepas Anda dengan tangis—juga kerinduan.

(7 Januari 2025)

0 Viewers