Siapakah guru itu?
Selama ini definisi guru merujuk kepada orang-orang yang mendidik kita di sekolah formal: SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Padahal, di alam kehidupan ini, sesejatinya sekolah, kita mendapati ada banyak guru. Guru itu hadir dalam bentuk ilmu, keteladanan, dan kebajikan. Sosoknya (bisa) mewujud pada: kiai, pendeta, aktivis, pemimpin, dan lain sebagainya. Tentu saja, ini di luar guru formal.

Kiai adalah guru, bila darinya memancar ilmu pengetahuan; menyebar ajaran kebajikan. Ia belajar kitab kebenaran, dan sekaligus mempraktikkannya. Ia adalah teladan bagi murid-muridnya. Ia adalah sumur pengetahuan, yang darinya warga bisa belajar.

Pendeta adalah guru, bila ia menjadi teladan bagi jemaahnya. Bila yang ia sebar adalah cinta. Bukan fanatisme. Apalagi kekerasan. Bila yang ia khotbahkan adalah toleransi, bertumbuh bersama, dan hidup dalam payung kasih Tuhan. Bukan penistaan terhadap kelompok lain, agama lain, atau kemanusiaan.

Aktivis adalah guru, bila ia mendedikasikan hidupnya untuk kebenaran dan kemanusiaan. Bila darinya hadir pembelaan, simpati, dan perjuangan. Bila ia menjadi pelindung kaum papa. Bila karenanya tiap manusia mendapat hak untuk diperlakukan sebagaimana manusia. Bila ia menjadi potret humanisme sejati.

Pemimpin adalah guru, bila ia datang untuk memperbaiki, bukan merusak. Bila ia meletakkan kepentingan orang banyak di atas kepentingan sendiri. Bila ia menegakkan sistem, bukan kekuasaan personal. Bila karenanya, orang merasa nyaman dan terlindungi. Bila padanya menyatu antara kata dan perbuatan.

Itulah sejatinya makna guru. Guru-guru seperti itu ada. Di Indonesia, kita mengenal (alm.) Cak Nur, Gus Dur, dan Mohammad Hatta. Mereka adalah guru-guru bangsa. Pun banyak guru yang kita temui tinggal pada karya-karyanya. Buku-bukunya. Socrates, Plato, Aristoteles, Karl Marx, Imam Khomeini, Rabindranath Tagore, Mahatma Gandhi, Murtadha Muthahhari, Ali Syariati, Iqbal, dan (masih) banyak lagi. Tak bisa disebut satu per satu. Itu (juga) adalah guru-guru yang telah banyak berkontribusi bagi kehidupan manusia.

Di hari guru kali ini, kepada guru-guru itu, guru-guru yang telah mendedikasikan hidupnya untuk ilmu, kebenaran, dan kemanusiaan, rasa takzim dan penghormatan yang setinggi-tingginya hendak kuhaturkan.

Foto: www.silabus.web.id

(25 November 2018)

0 Viewers